Dyah Kristanti

Guru SMKN Sawoo Ponorogo...

Selengkapnya
Navigasi Web
Serpihan Asa Yang Pernah Hilang(Bagian-4)

Serpihan Asa Yang Pernah Hilang(Bagian-4)

Tok-tok-tok,," Laras,, sudah hampir imsya' ayo lekas bangun. Laras,,, bangun sayang". Perlahan mama Laras membuka pintu kamar Laras yang memang tidak pernah dikunci. Karena peraturan mama dirumah adalah kamar hanya boleh dikunci apabila ada keperluan keluar rumah sedangkan ketika dirumah, maka kamar tidak boleh dalam keadaan terkunci,, apalagi dikunci dari dalam kamar( kecuali kalau Laras lagi ngambek). Kemudian mama Laras masuk dan mendekati Laras yang masih tertidur pulas. Mama Laras mendapati laptop Laras masih menyala,, itu tandanya Laras kemungkinan baru saja tertidur sehingga sulit dibangunkan untuk makan sahur. Sekilas mama Laras melihat laptop Laras,, disitu ada file power point yang belum selesai dikerjakan. Mama Laras menghela nafas panjang,, bagaimanapun Laras adalah putri kesayangannya,, bliau merasa iba melihat putrinya tertidur pulas kelelahan," kasihan kau nduk cah ayu,, sejak lockdown kamu selalu menghabiskan waktumu hanya untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah,, walaupun libur panjang ternyata terasa menyulitkan bagimu karena selain jenuh dirumah juga banyak tugas sekolah dan penilaian akhir tahun sehingga kamu kelelahan butuh refreshing," kata mama Laras sambil membelai rambut Laras. Laras menggeliat karena merasa ada yang membelai rambutnya. Ia berusaha untuk membuka mata yang terasa lekat karena kantuk yang tak tertahankan. " Astaghfirulloh,, aku belum makan sahur, Ma. Apakah sudah imsya'? " tanya Laras sambil bangun tergopoh-gopoh. " Laras,, mama bawakan makan sahur sayang, itu sudah siap dimeja belajarmu. Masih ada waktu 10 menit aku rasa cukup untuk makan sahur,, segera cuci muka dan tanganmu kemudian makanlah.. Mama menunggu disini ya,, tidak usah tergesa-gesa," ucap mama Laras lembut. " Iya, Ma," jawab Laras sambil menyantap menu makan sahurnya karena keburu imsya'. Sambil menunggu putri kesayangannya, mama Laras membereskan kasur Laras yang acak-acakan karena beberapa buku dan alat tulis yang berserakan. Mama laras tersenyum teringat kebiasaannya dulu ketika muda sama persis dengan Laras yaitu suka mengerjakan tugas hingga larut kemudian tertidur dan saat bangun sudah rapi kembali karenan dirapikan oleh Ibu. Tak terasa air mata mama Laras menetes. Beliau rupanya rindu kepada ibunya,, almarhum nenek Laras yang sudah dua tahun lebih meninggal dunia. Laras melirik mamanya,,, dia tidak ingin melihat mamanya bersedih karena Laras terlalu bandel tidak mau menurut pada ibunya. " Maaa,, maafkan Laras," ucap Laras sambil memeluk mamanya. " Laras janji tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Laras janji akan selalu mematuhi peraturan mama. Laras akan belajar mengikuti jejak mama yang selalu rajin dan tanggungjawab. Maafkan Laras ya Ma.. Besuk lagi Laras akan tidur tepat waktu supaya tidak merepotkan mama lagi," lanjut Laras. Mama Laras menepuk pundak putrinya dengan penuh kasih sayang,, beliau tidak bisa berkata apa-apa karena terlalu sedih mengenang ibunya. Masih terngiang pesan ibu di telinga mama Laras untuk menjaga Laras, selalu menyayanginya, dan tidak boleh memarahinya. Apabila Laras melakukan kesalahan harus ditegur dengan kasih sayang dan di peluk supaya Laras merasa dekat dan nyaman dengan mamanya bukan lari kepada sahabatnya atau orang lain yang memanfaatkannya. Ahh,, ibu benar. Mungkin aku terlalu kasar kepada Laras. Harusnya aku tidak memarahi Laras hanya karena dia dekat dengan Fatan. Tapi ibu mana yang rela putri kesayangannya pacaran disaat masih usia sekolah. Sejuta rasa khawatir menyelimuti hati dan perasaan Mama Laras. Karena Laras masih labil pada masa puber. Harus ada yang bisa mengendalikannya. " Maaa,, mama kenapa diam? Apakah mama masih marah kepadaku? Apakah mama tidak percaya kepadaku?" tanya Laras sambil menatap mamanya yang sayu. Belum sampai menjawab pertanyaan Laras,, tiba-tiba suara adzan subuh berkumandang tandanya saatnya sholat subuh. Mama mengajak Laras untuk sholat berjamaah bersama Papa dan kakak sulungnya yang bernama Rangga. Laras menuruti ajakan mamanya sambil membawa alat makan kotornya bekas makan sahur tadi. Dalam hati Laras masih merasa bersalah kepada mamanya. Dalam hati ia ingin sholat dengan khusuk dan memohon ampunan kepada Tuhan Rabbnya supaya tidak ada lagi amarah mamanya. Supaya perasaan Laras lebih tenang dan rileks menghadapi situasi PSPB hari raya nanti.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post