Dyah Kristanti

Guru SMKN Sawoo Ponorogo...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menulis dan bercerita

Menulis dan bercerita

Kita pasti sering mengalami kesulitan memulai menulis dari manakah,,bingung? Dalam hati berkata, "Aku pengen nulis, ada banyak cerita, banyak ide, tapi aku tidak tahu cara memulainya." Setiap orang punya kencenderungan untuk bercerita, curhat, atau mengeluarkan uneg-uneg. Mereka menceritakan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, ditemukan, didengar, dan sebagainya. Seperti halnya fotografi, storytelling juga soal menangkap momen, lalu menceritakannya. Setiap orang bisa menjadi storyteller, karena siapa pun pasti memiliki ceritanya sendiri-sendiri. Dari sebuah rangkaian kejadian, pasti ada momen paling menarik atau berkesan yang ingin diceritakan, walaupun mungkin tak semua orang bisa menangkap momen ini. Karena itulah, untuk menjadi pencerita yang baik, seseorang harus lebih dulu menjadi observer yang baik untuk menangkap momen. A good storyteller is a good observer.Dengan menjadi pengamat, kita bisa melihat detail yang barangkali terlewat oleh orang lain. Kita bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda untuk menceritakan sesuatu. Kita bisa mengaitkan apa yang kita amati dengan sesuatu yang pernah kita alami. Selanjutnya, tuangkan momen yang berhasil kita tangkap ke dalam cerita secara tertulis. Banyak pilihan diksi dan kalimat untuk mengawali sebuah cerita (lead). Kita bisa menggunakan kata seru, kutipan, kalimat tanya, pernyataan, mengungkapkan sesuatu yang kontradiktif, berkesan, dan masih banyak lagi. Kalimat pertama adalah kesempatan kita untuk mencuri perhatian pembaca. Pada kalimat-kalimat berikutnya, berikan sentuhan dramatis lewat diksi-diksi yang membangkitkan imajinasi agar pembaca seolah-oleh ikut mengalami, meski hanya lewat tulisan. Oleh karena itu, selain mengamati, seorang storyteller atau pencerita juga harus "menabung" diksi. Apa yang akan digunakan untuk bercerita jika "tabungan" diksinya kurang, bahkan kosong? Ibarat botol air, kita harus mengisinya agar ada air yang bisa dituang. Ada lebih dari 100 ribu kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Tapi tenang, kita tak perlu menghafalnya. Cukup memperbanyak baca untuk memperkaya diksi kita. Diksi ini pula yang menjadi salah satu pembentuk dan pembeda gaya bercerita kita. Pada akhirnya, menjadi storyteller tidak berhenti pada bagaimana menangkap momen untuk bahan cerita. Tapi lebih lanjut adalah tentang bagaimana ia mampu menceritakan momen tersebut dengan baik. Selamat bercerita!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post